Kutitip Dia Yaa Allah
Suara adzan Isya’ yang terdengar
pelan dari salon komputer sang Ayah membuat Rafi, anak yang masih berusia dua
tahun itu mengingatkan Ayahnya.
Rafi : Ayah, waktunya sholat ya…?
(dengan
polosnya Ia bertanya pada sang Ayah yang sedang sibuk mengerjakan tugas kuliah di depan komputer. )
Ayah : iya sayang,
Ayah mau berwudlu dulu ya.
( jawab sang
Ayah dengan tersenyum. )
Rafi : “Ayah
mau ke mana?
(Ayah mau sholat
ke masjid)
Rafi : “Rafi
ikut”
( jawab sang
Anak dengan mengiba.)
Ayah : “Sayang, di luar sangat dingin, mas Rafi di
rumah saja ya sama Bunda.
Rafi : “Rafi ikut Ayah.
( jawab sang
Anak dengan mata yang berkaca-kaca)
Sang Ayah memandangi anaknya dengan
iba, dia berusaha meyakinkan anaknya yang masih kecil tersebut. Tetapi semakin
diyakinkan, si Anak semakin menangis menjadi, karena memang hanya satu
keinginan sang Anak, yaitu mengikuti Ayahnya sholat ke masjid. Dilihatnya sang
Istri sudah tertidur sangat nyenyak, mungkin karena pekerjaan hari ini yang
melelahkan dan kebetulan memang sedang berhalangan untuk sholat.
Ayah : “Baiklah, mas Rafi ikut Ayah ke masjid,
tetapi nanti mas Rafi ikut sholat dan tidak mengganggu yang lain ya.
(pesan Ayah
tersebut kepada anaknya.)
Rafi kecil mengangguk, rupanya janji itu telah
mengganti kesedihan yang menyelimutinya, dengan kebahagiaan yang tak terkira
dihatinya nan tulus itu. Kemudian Sang Ayah menuntun anaknya yang masih kecil
untuk berwudlu dan menggunakan baju Muslim yang kemudian mereka berdua
berangkat ke masjid bersama-sama.
Hawa dingin
kota Wollongong menyelimuti perjalanan mereka.
Ayah : “Mas
Rafi kedinginan?”
Si Rafi kecil mengangguk.
Ayah : “Sini Ayah gendong biar hangat”
Kemudian mereka berdua berjalan
memasuki Omar Mosque yang telah ramai dengan jamaah.
Selagi
menanti iqomat berkumandang, Si Rafi kecil tetap berada di dekapan sang Ayah.
Namun tak berapa lama ia tertidur, mungkin karena lelah ataupun memang sudah
malam bagi dia untuk masih terjaga. Karena sholat Isya di kota Wollongong NSW
saat itu tepat berada di pukul 20:40 PM.
Sang Ayah mulai bingung. Ia gelisah, jangan-jangan si
Rafi kecil nanti terbangun dan menangis di saat sholat sedang berlangsung,
“Apakah saya harus terus mengikuti sholat berjamaah, atau pulang…” tanyanya
dalam hati. Masih ditengah kebimbangan itu, tiba-tiba Syeh Abdurrahman memasuki
masjid dan berkata, “Brother, why do you bring your child here!? He is still
too young. Its very cold outside.” Katanya menasehati. Memang Syekh Abdurrahman
sangat ketat sekali terhadap anak kecil yang bisa mengganggu kekhusyukan
sholat. Berkali-kali beliau mengingatkan untuk tidak membawa anak kecil
terutama anak yang masih sulit untuk diberi pengertian. Sudah banyak jamaah
yang diingatkan karena kejadian anaknya yang mengganggu sholat.
“Syekh, should I go home now?” Tanya sang Ayah. Syeh
Abdurrahman memandangi si Anak yang sudah terlelap tidur dipangkuan Ayahnya
dengan iba. “If you think that he will not crying when we are praying, you can
pray at the corner and take it beside you,” jawab Syeh Abdurrahman yang tak
berapa lama Iqomatpun dikumandangkan oleh Muadzin.
Sang Ayah masih menggendong Rafi kecil di ruangan
masjid bagian belakang. Ia ragu untuk meneruskan sholat berjamaah, karena malam
semakin dingin, Ia takut anaknya nanti terbangun dan menangis, sehingga akan
mengganggu jamaah yang lain. “Yaa Alloh…, kalau engkau menghendaki aku pulang
dan tidak mengikuti sholat berjamaah, aku akan pulang sekarang, tetapi, kalau
engkau masih mengizinkan aku untuk mengikuti sholat berjamaah bersama yang
lain, hamba mohon, kuatkan anak kami sehingga saya bisa mengikuti sholat
berjamaah dengan tenang…” doanya dalam hati.
“Brother, oh your son is sleeping…, its very cold
outside…” kata Ahmad Fathi Salah yang baru tiba dan tiba-tiba menghampirinya,
Ahmad adalah seorang sahabat, International student yang berasal dari Libya. “I
think Its better for me to pray in my house,” jawab sang Ayah. “No…!, you can
pray together with us,” jawab Ahmad. Ahmad kemudian melepas jaket kulitnya dan
memberikan pada Ayah Rafi. “Use it to warmer your son.” Jawabnya. “Brother come
here, you can pray here,” katanya kemudian sembari memberikan sebuah tempat
untuk sholat dan tempat berbaring si Anak.
Mulanya ragu-ragu, tetapi Sang Ayah kemudian
membaringkan si Anak tepat di sebelahnya dan kemudian menyelimuti dengan jaket
kulit milik sahabatnya itu. “Yaa Alloh kutitipkan dia padaMu, jangan bangunkan
dia sebelum sholat isya’ ini berakhir, Aamiin…” doa sang Ayah sebelum memulai
sholat.
Sholatpun kemudian dimulai dan sang anak tetap
terlelap dalam tidurnya. Dan… Alhamdulillah.., hingga rokaat ke empat berakhir,
tak ada suara dari si Rafi kecil, dan begitu salam tanda sholat berakhir, Anak
kecil itu bergerak-gerak, ia membuka matanya dan.. “Ayah, di mana kita…?”
tanyanya dengan polos. “Kita di masjid sayang, tuh sholat barusan selesai,”
kata Ayahnya dengan tersenyum.
Terucap syukur dalam hati sang ayah, “Terima kasih Yaa
Alloh… telah Engkau bukakan pintu-pintu RahmatMu kepada hamba, Engkau beri
hamba kesempatan untuk menikmati indahnya sholat berjamaah di rumahMu.
Alhamdulillah…”
“Hanya yang
memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.
At-Taubah [9] : 18)
Subhanalloh…
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih atas komentarnya